Dunia tengah dilanda ketidakpastian. konflik Rusia-Ukraina belum usai tapi sudah ada konflik geopolitik baru yakni konflik antara Hamas dan Israel di Timur Tengah yang hingga pas ini tetap memanas. Kedua konflik geopolitik ini meningkatkan parah pasar komoditas internasional.
Konflik Rusia-Ukraina sudah sebabkan harga komoditas pangan melambung. pas ini, konflik Palestina-Israel sebabkan harga kekuatan terutama minyak dunia terkerek naik. Di pas negara-negara tengah mengalami masalah inflasi, ketegangan politik di kawasan sebabkan masalah lainnya.
Data International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi world mampu melambat menjadi 2,9% pada 2024 berasal dari perkiraan di awalnya di angka 3%.
Ketua Departemen Ekonomi Centre for Strategic plus International Studies (CSIS) https://lembagaantidopingindonesia.org/ Fajar Bambang Hirawan mengungkapkan, negara Timur Tengah merupakan produsen minyak mentah, agar sudah tentu perang Hamas-Israel akan sebabkan ketidakstabilan mengganggu pasokan kekuatan dan pangan yang berujung naiknya harga minyak dan komoditi.
“Sektor kekuatan dan pangan ini adalah segi pemicu inflasi secara global. Padahal sebelum ada perang tersebut, kita berpikir bahwa pressure berasal dari inflasi world sudah menjadi menurun, tapi ternyata kita dikagetkan oleh perang Hamas dan Israel. Ini layaknya ulang pada titik sebelumnya,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (27/10/2023).
Kondisi AS dan China
Ketidakpastian world terhitung dipicu perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China. Saat ini AS berada pada tekanan inflasi, agar memaksa The Fed kudu mencegah kekuatan beli masyarakat. Namun pada sisi lain mereka terhitung kudu mampu memelihara kuantitas duit yang beredar. Sementara Tiongkok pas ini tengah mengalami kisruh Evergrande yang mengalami masalah keuangan.
“IMF melaporkan bahwa pada triwulan ketiga 2023, ada semacam pesimisme karena pressure inflasi selalu ada dan pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan atau lebih-lebih menurun akibat ketidakpastian global. Kita berharap ketegangan Amerika dan China pun mereda agar ada normalisasi yang mampu sebabkan iklim ekonomi ulang membaik,” ujarnya.
Meski begitu, di tingkat nasional, ia optimis bahwa ekonomi Indonesia mampu tumbuh di angka 5%. Apalagi tahun politik akan mendorong belanja masyarakat. Ia mendorong pemerintah untuk meningkatkan sektor komoditas dan industri manufaktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Perlu diketahui, 50 persen berasal dari pertumbuhan ekonomi itu berasal berasal dari mengonsumsi rumah tangga, sisanya berasal dari investasi, sesudah itu ekspor dan impor. Untuk itu, kita kudu memelihara kekuatan beli penduduk dan memelihara stabilitas harga komoditas,” ujarnya.
Peluang Investasi
Co-Founder Tumbuh Makna Benny Sufami, mempunyai penilaian serupa bahwa dinamika yang terjadi justru membuahkan peluang. Salah satunya pada sektor investasi.
Menurutnya, para investor tentu melihat pengaruh world yang pas ini terjadi. Contohnya pada aset kelas Fixed Income, yang disebut paling sensitif pada perubahan tingkat suku bunga, yang justru mampu menghadirkan kesempatan bagi pelaku investasi.
Tingkat US treasury yield mungkin sudah hampir mendekati puncak atas siklus pengetatan tingkat suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral AS. Sebagai umpama pas ini tingkat imbal hasil US treasury tenor 2 tahun berada di level yang lebih tinggi berasal dari pada imbal hasil US treasury bersama bersama tenor yang lebih panjang yakni 10 tahun dan 30 tahun.
Para pejabat kebugaran di Gaza menyebutkan bahwa ada puluhan orang menjadi korban pengeboman di lokasi selatan. (Mahmud HAMS/AFP)
Liputan6.com, Jakarta – Dunia tengah dilanda ketidakpastian. konflik Rusia-Ukraina belum usai tapi sudah ada konflik geopolitik baru yakni konflik antara Hamas dan Israel di Timur Tengah yang hingga pas ini tetap memanas. Kedua konflik geopolitik ini meningkatkan parah pasar komoditas internasional.
Konflik Rusia-Ukraina sudah sebabkan harga komoditas pangan melambung. pas ini, konflik Palestina-Israel sebabkan harga kekuatan terutama minyak dunia terkerek naik. Di pas negara-negara tengah mengalami masalah inflasi, ketegangan politik di kawasan sebabkan masalah lainnya.
Data International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi world mampu melambat menjadi 2,9% pada 2024 berasal dari perkiraan di awalnya di angka 3%.
Ketua Departemen Ekonomi Centre for Strategic plus International Studies (CSIS) Fajar Bambang Hirawan mengungkapkan, negara Timur Tengah merupakan produsen minyak mentah, agar sudah tentu perang Hamas-Israel akan sebabkan ketidakstabilan mengganggu pasokan kekuatan dan pangan yang berujung naiknya harga minyak dan komoditi.
“Sektor kekuatan dan pangan ini adalah segi pemicu inflasi secara global. Padahal sebelum ada perang tersebut, kita berpikir bahwa pressure berasal dari inflasi world sudah menjadi menurun, tapi ternyata kita dikagetkan oleh perang Hamas dan Israel. Ini layaknya ulang pada titik sebelumnya,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (27/10/2023).
Kondisi AS dan China
Ketidakpastian world terhitung dipicu perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China. Saat ini AS berada pada tekanan inflasi, agar memaksa The Fed kudu mencegah kekuatan beli masyarakat. Namun pada sisi lain mereka terhitung kudu mampu memelihara kuantitas duit yang beredar. Sementara Tiongkok pas ini tengah mengalami kisruh Evergrande yang mengalami masalah keuangan.
“IMF melaporkan bahwa pada triwulan ketiga 2023, ada semacam pesimisme karena pressure inflasi selalu ada dan pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan atau lebih-lebih menurun akibat ketidakpastian global. Kita berharap ketegangan Amerika dan China pun mereda agar ada normalisasi yang mampu sebabkan iklim ekonomi ulang membaik,” ujarnya.
Meski begitu, di tingkat nasional, ia optimis bahwa ekonomi Indonesia mampu tumbuh di angka 5%. Apalagi tahun politik akan mendorong belanja masyarakat. Ia mendorong pemerintah untuk meningkatkan sektor komoditas dan industri manufaktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Perlu diketahui, 50 persen berasal dari pertumbuhan ekonomi itu berasal berasal dari mengonsumsi rumah tangga, sisanya berasal dari investasi, sesudah itu ekspor dan impor. Untuk itu, kita kudu memelihara kekuatan beli penduduk dan memelihara stabilitas harga komoditas,” ujarnya.
Evakuasi Korban Serangan Israel di Khan Younis
Warga Palestina melakukan pencarian korban diantara puing-puing bangunan yang hancur akibat pengeboman Israel secara manual. (Mahmud HAMS/AFP)
Co-Founder Tumbuh Makna Benny Sufami, mempunyai penilaian serupa bahwa dinamika yang terjadi justru membuahkan peluang. Salah satunya pada sektor investasi.
Menurutnya, para investor tentu melihat pengaruh world yang pas ini terjadi. Contohnya pada aset kelas Fixed Income, yang disebut paling sensitif pada perubahan tingkat suku bunga, yang justru mampu menghadirkan kesempatan bagi pelaku investasi.
Tingkat US treasury yield mungkin sudah hampir mendekati puncak atas siklus pengetatan tingkat suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral AS. Sebagai umpama pas ini tingkat imbal hasil US treasury tenor 2 tahun berada di level yang lebih tinggi berasal dari pada imbal hasil US treasury bersama bersama tenor yang lebih panjang yakni 10 tahun dan 30 tahun.
“Di minggu lantas US treasury yield 2 tahun sudah berada di atas kisaran 5,1% pas yang 10 tahun tetap sedikit di bawah 5 persen yakni sekitar 4,9%, dimana situasi berikut kita kenal bersama istilah Inverted Yield Curve,” tambahnya.