Mantan Menteri Luar Negeri Yordania Marwan Muasher menyatakan Otoritas Palestina berada pada posisi terlemahnya dan “hampir tidak mewakili siapa pun”. Dia menambahkan, adapun Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, udah menjadi “kekuatan aktif di kancah Palestina yang kehadirannya tidak bisa diabaikan.”
Berbicara di forum tempat yang diadakan Pusat Pembela Kebebasan Jurnalis (CDFJ) di Amman, Muasher menyatakan jajak pendapat udah menyadari perihal perihal ini. Dia mencatat jajak pendapat yang dijalankan bulan lantas oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina (MAS) mendapatkan 88% warga Palestina tidak idamkan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas tetap menjabat, kala 60% idamkan Hamas menguasai Gaza.
Muasher menekankan, “Hamas udah menjadi kemampuan agen sbobet efisien di Palestina yang kehadirannya tidak bisa diabaikan, dan Yordania kudu berkomunikasi dengannya secara resmi.”
“Setiap proses politik untuk selesaikan krisis ini, kudu menentukan tujuan akhir untuk mengakhiri pendudukan Israel dalam jangka kala tertentu,” papar dia.
“Negosiasi kudu menetapkan bahwa Dewan Keamanan PBB bakal mengakui Negara Palestina berdasarkan perbatasan th. 1967 sebelum akan dimulainya negosiasi, dan pembangunan permukiman (Israel) kudu dibekukan sepenuhnya, dikarenakan tidak ada gunanya proses perdamaian mengingat sambungan permukiman,” ungkap Muasher.
Dia menekankan, “Jika elemen-elemen ini tidak tercapai, solusi dua negara tidak bakal tercapai.”
“Washington belum tunjukkan kesediaan untuk berpartisipasi dalam proses perdamaian sepanjang sepuluh th. paling akhir dan sejauh ini tidak tunjukkan gejala yang menyadari perihal pergantian perihal ini,” papar dia.
Pengungsian warga Palestina, menurut dia, merupakan ancaman ekonomi dan keamanan yang besar bagi Yordania. Dia menambahkan, “Yordania tidak idamkan menggapai skenario di mana ribuan warga Palestina berada di perbatasannya.”